Home » » Tarbiyah Menurut Syaikh Albani

Tarbiyah Menurut Syaikh Albani

Written By SieR on Monday, February 8, 2010 | 9:35 AM

Sebuah makalah oleh Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman hafidzahullah.

إن الحمد لله نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهد الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله

Segala puji semata-mata hanya untuk Allah azza wa jalla, kami memuji, meminta ampun, dan meminta perlindungan dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan dari keburukan amal perbuatan kami semata-mata hanya kepada Allah azza wa jalla. Siapa yang di beri hidayah oleh Allah maka tidak akan ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak akan ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya.

Kesungguhan Syaikh Albani rahimahullah di dalam bidang tashfiyah (pemurnian agama) dalam berbagai bidang ilmu telah nampak jelas diketahui.Adapun yang belum banyak digali adalah kaidah-kaidah dan pemikiran-pemikiran beliau di bidang yang kedua, yakni tarbiyah (pendidikan). Tashfiyah dan tarbiyah adalah dua syiar yang senantiasa didengungkan serta ditekuni beliau.

Tidak diragukan lagi bahwa perkataan Syaikh Albani rahimahullah dan pemikiran-pemikirannya dalam masalah tarbiyah ini bermacam-macam, terbagi-bagi dan tersebar (dibeberapa tempat).Maka untuk menjawab orang yang memusuhinya diperlukan usaha untuk mengumpulkan, menghimpun dan menseleksi untuk kemudian dikompilasi berdasarkan metode yang khusus, sehingga menjadi satu kitab tersendiri dan tiada ternilai harganya yang bisa mendatangkan manfaat bagi orang-orang yang mencintainya, anak-anaknya, murid-muridnya yang telah dikumpulkan dalam madrasah atsar dan yang menisbahkan kepada salafus sholeh.

Kebutuhan terhadap pengumpulan (pemikiran Syaikh) mengenai permasalahan tarbiyah ini semakin besar bersamaan dengan berjalannya waktu dan banyaknya fitnah disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:

Pertama,

Pentingnya penjelasan pada sisi kedua (tarbiyah) dari dua syiar ishlah (perbaikan) yang senantiasa didengungkan Syaikh Albani di sela-sela perkataan , ketetapan, dan pemikiran-pemikirannya.

Kedua,

Keselamatan di dunia dan akhirat dalam beramal berdasarkan pada pondasi ilmu yang benar. Bukanlah sebuah ilmu melainkan sebagai perantara dalam beramal. Ilmu merupakan sebab sedangkan amal adalah buah dari ilmu. Syaikh Albani telah menjelaskan hal tersebut dalam banyak majelis-majelisnya.

Ketiga,

Ilmu dapat mewujudkan kebahagiaan jiwa.Ini berbeda dengan amal,karena amal sulit diwujudkan kecuali bagi siapa yang diberi taufiq. Telah kami dengar dan saksikan (bahkan kami hidup bersama mereka) beberapa gelintir penuntut ilmu yang terkadang di antara mereka pun turut serta dalam tashfiyah dan tarbiyah dengan penulisan kitab dan pemeriksaannya,akan tetapi amal perbuatan dan sikap mereka buruk[1], menghalang-halangi dakwah yang penuh barokah ini serta menghalangi manusia untuk menerima dakwah ini. Orang-orang yang hatinya sakit dan tamak terhadap dunia ini menyebarkan dan mendengungkannya kepada para masyayikh dan orang-orang yang ikhlas dalam membela dakwah ini.

Orang-orang yang memiliki manhaj yang menyimpang (terutama kelompok takfiri) menjadikan permasalahan Syaikh Albani dalam bidang tarbiyah ini sebagai dalil atas rusaknya al manhaj as salafi dan menyebut bahwa pengikutnya adalah kaum murji’ah yang tidak peduli terhadap maksiat. Kelompok Murji’ah ialah kelompok yang mengatakan bahwa dosa itu tidak merusak keimanan.

Kebohongan dan kedustaan ini telah tersebar dan telah aku jelaskan kebatilannnya dalam muqodimah buku saya Juhudul Imam Al-Bany fi Masailil Iman billahi Ta’ala (Kesungguhan Imam Al Bani dalam Masalah Iman kepada Allah Ta’ala) yang dicetak oleh Pustaka Atsariyah.

Keempat,

Besarnya kebutuhan para penuntut ilmu pada umumnya dan salafiyyun pada khususnya terhadap pelajaran tarbiyah yang mengajarkan tata cara dan metode dalam bermuamalah dengan orang lain terutama apabila pelajaran ini tegak di atas perkataan Syaikh Albani rahimahullah, maka hal tersebut – tidak diragukan lagi- lebih mudah diterima masyarakat.

Kelima,

Perlunya penjelasan betapa dalamnya pemikiran Syaikh Albani dalam tarbiyah dan bahwasanya selain beliau seorang yang alim, beliau juga seorang pembaharu dan murobbi (pendidik). Hal ini untuk membantah tuduhan dusta yang dilontarkan oleh musuh-musuh dakwah salafiyah pada umumnya dan orang-orang yang dengki kepada Syaikh Albani pada khususnya bahwa beliau hanya mengajarkan akan tetapi tidak mempunyai andil untuk mendidik murid-muridnya, meskipun tuduhan ini bisa saja benar pada sebagian orang.

Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal penting sebagai berikut ini, yaitu :

1. Beberapa kalangan membuat keragu-raguan bahwa Syaikh Albani tidak mempunyai murid di Yordania.

Faktor pendorongnya adalah hasad (dengki) yang membakar hatinya.Namun sudah merupakan sunnatullah adalah terbongkarnya kebathilan dan jelasnya kerancuan kebathilan tersebut.

(Satu contoh) ada seseorang melalui sebagian program televisi menyebarkan khabar bahwasanya tidak ada satupun murid Syaikh Albani di Yordania. Padahal orang ini sendiri pernah melalui wawancara telepon dengan majalah “Al Furqon” dari Kuwait menjelaskan kunjungan beberapa murid Syaikh Albani seraya mengatakan bahwa disisinya telah hadir murid Albani yang paling utama dan mulia ….dan dia pun menyebut nama-nama mereka. Pertemuan ini merupakan pertemuan terakhir mereka (murid-murid Syaikh Albani) dengannya ,dikarenakan manhajnya berubah. Saya tidak mengetahui apakah orang ini memiliki dua ucapan atau hanya mempermainkan dua orang ulama. Sebagaimana yang mereka katakan! Dan tidaklah aku katakan seperti ini melainkan untuk memberitahukan kedustaan ini.

Banyak hal di benakku untuk kutulis kedustaan-kedustaan yang mengherankan.Semoga aku dapat membuat tulisan ini sehingga pelaku kebathilan tidak terus-menerus berada diatas kebathilan mereka.

Ada contoh lain kedustaan dengan model yang berbeda dari seseorang seperti yang pertama diatas. Dia memiliki cinta di antara lembah-lembah kebahagiaan. Dan bergerak dibelakang ambisi kekuasaan dan kemashlahatan yang fana atas nama dakwah yang rendah. Aku tidak bisa membayangkan ada seorang yang menisbahkan dirinya kepada dakwah yang penuh barokah ini yang tegak di atas wahyu, lalu berdusta dan membolak-balikkan fakta, menuduh orang lain dengan tuduhan palsu dan kebohongan, bukan karena lalai atau lupa, akan tetapi dengan kesengajaan dan mempunyai maksud tertentu serta menyebarkan tuduhan dan syubhat yang merusak kehormatan manusia, mengeluarkan siapa saja dan kapan saja yang dikehendaki dari dakwah ini.

Beberapa hari yang lalu ada seorang da’i salafy dari Maroko. Celakalah, orang yang menuduh da’i ini. Ketika orang yang menuduh ini diungkap kesalahannya, dia lantas membid’ahkan da’i asal Maroko tersebut. Lalu dia – dengan tujuan agar tetap ada padanya setelah strategi dalam dakwahnya (yaitu siyasah, bukan dakwah) diungkap di negara tempat dia tinggal- membid’ahkan dengan tanpa rasa malu dan sombong serta akhlak dan tarbiyah yang buruk ,juga tanpa kaidah ilmiyah dan cara yang syar’i, kecuali demi kekuasaan, keuntungan dan kedudukan. “ Dan orang-orang yang dzalim kelak akan tahu kemana mereka akan kembali”(QS. Asy Syu’ara:126).

Seandainya aku mau untuk merinci bathilnya dua (contoh) perkara dan metode yang mengatasnamakan ilmu, tashfiyah dan tarbiyah ini ,pasti dibutuhkan kertas dan pena yang banyak,dimana saya tidak mampu menuliskannya. Dan saya kasihan kepada pembaca, pendengarannya menjadi tuli karenanya.

Dan tidaklah saya membuat tulisan ini melainkan karena kebutuhan yang mendesak, meskipun seharusnya membutuhkan perincian. Saya kerjakan ini sebatas kebutuhan saja. Dan kepada Allah lah tempat mengadu dari hilangnya kesungguhan dan waktu di dalam perkara ini.

Ringkasnya dari apa yang disampaikan diatas, adalah peringatan terhadap apa yang telah diperingatkkan oleh Salaf. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitab “Ighotsatul Lahfan” (2/160) setelah kalimat “ dan untuk itu, dahulu para salaf mengatakan: berhati-hatilah dari dua golongan manusia, pengikut hawa nafsu yang terfitnah oleh hawa nafsunya dan pengikut dunia yang dibutakan oleh dunianya.”

Disinilah terdapat tipu daya yg halus dari setan dan para pengikutnya yaitu menampakkan keburukan dengan sesuatu yang baik dan mengajak manusia kepada hal itu.Hanya orang yang pandai yang dapat terlepas dari tipudaya ini.Apabila ia telah mendekat, ia jatuhkan kepadanya syubhat.

Dinukil pula dari Ibnul Qoyyim dalam “Iddatush Shobirin” hal. 50 “Maka berhati-hatilah saudaraku tercinta, semangatlah! Semoga Allah menyelamatkan agama dan manhajmu dari pemikiran yang beraneka ragam dan berpindah-pindah manhaj, karena itu merupakan manhajnya ahlul bid’ah.”

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam “Thoriqul Hijrotain” hal.602 “Dan diantara sifat-sifat mereka, banyaknya pemikiran yang beraneka ragam, cepatnya berubah, tidak istiqomah. Ketika engkau melihatnya dalam keadaan yang membuatmu kagum dalam agama, ibadah, petunjuk, dan kejujuran, lalu tiba-tiba berubah kepada keadaan sebaliknya seakan-akan dia tidak mengenal selainnya dan dia orang yang paling besar perubahannya.”

2. Sesungguhnya orang yang merusak dan mencampuradukkan antara yang haq dan yang bathil adalah orang yang menanggung dosa amal perbuatannya di dunia dan akhirat. Syaikh Albani tidak akan diadzab karena kesalahan orang lain baik dari murid-muridnya yang mempunyai hubungan lama atau sesaat ataupun yang mengaku muridnya namun tidak ada bukti yang menjelaskan dia berguru pada beliau, melainkan hanya pengakuan omong kosong.

3.Bahwasanya kebanyakan murid-murid Syaikh Albani dikenal dengan kebaikan akhlaknya dan semangat dalam kebaikan kepada sesama manusia dan tawadlu, istiqomah , hatinya selamat, aqidahnya benar dan bersemangat dalam (menghidupkan) sunnah.

4.Sesungguhnya Syaikh Albani diketahui tarbiyahnya dari orang-orang yang pandai terkemuka. Bukan dari segelintir orang, untuk menjadi ukuran. Dan tidak dibenarkan menjadikan dalil atas perkataan yang tidak adil itu. Betapa seringnya kita dengarkan Syaikh kita Albani rahimahullah mengulang-ulang syair[2]

غيري جنى وأنا المعذَّب فيكم فكأنني سُبَّابة المتندّمِ

Orang lain telah berbuat dosa, dan aku diadzab karenanya

Seakan-akan aku ini orang yang suka mencaci

Sebagai pelajaran yang besar, Allah menceritakan kepada kita kisah iblis. Bahwasanya dia pada mulanya bersama para malaikat, kemudian dijauhkan dari rahmat Allah Ta’ala, maka dia tidak bisa sombong lagi di surga Allah ‘Azza wa Jalla. Barang siapa takabbur[3] tidak ada baginya kedudukan dalam dakwah ini kecuali pada barisan belakang. Dan dijauhkannya dari tanggung jawab sesuai dengan sunnatullah kauniyah dan syar’iyyah,bukan dengan perkara-perkara hizbiyyah dan aturan-aturan yang penuh tipu daya

5.Seyogyanya menutup celah kesempatan dari maksud orang-orang yang selalu mengatakan bahwa “Syaikh Albani mengajar tetapi tidak mendidik”, karena tidak ada tujuan dari orang-orang yang mendustakan dan mengatakan demikian melainkan menghalang-halangi manusia dari dakwah Syaikh Albani dan keterangan-keteranganya serta menimbulkan keragu-raguan pada dakwah yang penuh barokah ini. Maka janganlah menjadi orang yang lalai dan menjadi jembatan bagi orang-orang yang dzolim.

6.Wajib bagi murid-murid Syaikh rahimahullah meskipun mereka berbeda derajat dan ilmu mereka agar menyatukan tujuan mereka dalam menyebarkan dakwah beliau dan hendaklah sadar bahwa tingkah laku mereka dihitung sebagai bagian dari dakwah yang penuh barokah ini. Perbedaan yang besar biarlah tetap ada di antara mereka dan mereka bersatu di atas perselisihan orang-orang yang membuat makar (tipu daya) kepada mereka yang menjadikan dakwah sebagai tujuan untuk kepentingan dunia kecuali jika menampakkan taubat dan diketahui keistiqomahannya.

7. Orang-orang yang menisbahkan diri mereka sebagai murid Syaikh Albani memiliki kadar ketaqwaan, tarbiyah, ilmu, mulazamah, umur, manhaj dan hidayah yang tidak sama atau bertingkat-tingkat . Mereka pun berbeda tujuan dan berbeda dalam pencapaian hasil. Sedikit dari mereka yang menjaga waktunya untuk benar-benar menuntut ilmu, belajar dan mengajarkan, mengkhususkan waktunya untuk itu serta mencurahkan segala tenaganya dalam bidang ini,sebagaimana yang telah dilakukan Syaikh Albani rahimahullah. Dan juga ada tingkatan, sebagian besar dari mereka dari kalangan pemuda-pemuda dakwah pada masa sekarang, mereka belum pernah bertemu dengan Syaikh, belum mengetahui petunjuk dan kemuliaan beliau dan belum membaca kitab-kitab dan metode penelitian beliau serta belum mengambil hukum-hukum yang dipilih beliau.Meskipun mereka pernah melihat Syaikh sebentar, ada banyak keragu-raguan atau sebagiannya yang tampak pengaruhnya pada akhlak mereka.(Namun) hal ini tidak menjadikannya kami tergesa-gesa dalam memperbaiki, mendidik dan menjaga mereka, tidak pula menjadikan kami menghukumi Syaikh bahwa beliau “mengajarkan ilmu namun tidak mendidik”. Dan kami tidak melampaui batas dan mensifati mereka bahwa mereka adalah murid-murid Syaikh Albani.Apalagi (jika) berdasarkan pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam “Majmu’ Fatawa” (11/512), beliau berkata : Setiap orang yang mengambil ilmu agama kepada orang lain, maka dia adalah gurunya.Setiap orang yang telah meninggal jika perkataan, perbuatan dan pengaruh-pengaruh yang dia amalkan dalam agamanya sampai kepada manusia, maka dia adalah gurunya dari sisi ini. Maka salaful ummah (orang-orang yang terdahulu), adalah guru bagi orang yang datang belakangan beberapa kurun setelahnya.Namun tidaklah orang yang menisbahkan dirinya kepada seorang Syaikh, meletakkan loyalitas dan antiloyalitasnya kepada gurunya saja, tetapi kepada siapapun yang beriman.

Dan yang penting : Seseorang tidak boleh merasa puas dengan apa yang tidak ia dapatkan (ilmu), hendaklah dia memperbaiki niatnya ketika menyandarkan dirinya kepada seorang Syaikh dan mengetahui kadar kedudukannya. Kami telah teruji oleh beberapa orang yang mencintai Syaikh maupun yang mengkritiknya dimana mereka menjadikan hal tersebut sebagai tangga untuk kepentingan tertentu, dan tidak ada daya dan kekuatan melainkan Allah.

وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمي

(Ditulis oleh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman setelah sholat Ashar, pada hari Kamis 11- 06 -1430 H)
Sumber :Website Fadhilatusy Syaikh Masyhur Hasan Salman

Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Barito Putra - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger