Home » , » METODE DAN MATERI PENDIDIKAN

METODE DAN MATERI PENDIDIKAN

Written By SieR on Monday, February 8, 2010 | 8:57 AM

PENDAHULUAN

Dalam makalah yang kami susun ini, kami mencoba untuk mengkaji tentang salah satu unsur proses pendidikan, yaitu mengenai metode dan materi pendidikan. Dalam uraian yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu ; pentingnya sebuah metode dan materi dalam pendidikan agar mencapai suatu tujuan sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan, ada sebuah pernyataan bahwa “metode lebih utama dari pada materi” karena metode itu bagaikan roh, sedangkan materi adalah raganya. Apa gunanya kemapanan sebuah materi tanpa disertai dengan cara yang baik dalam penyampaiannya.

Sedangkan pembahasan dalam makalah ini bersifat ringkas dan praktis, sekedar menyebutkan dan membahas masalah yang sangat penting dan lebih banyak membahas tentang metode pendidikan serta mengkhususkan pada pembahasan mengenai metode dan materi pendidikan. Sebelum itu kami sedikit mengulas pandangan dasar filosofis dan pandangan dasar teoritis mengenai metode pendidikan serta penjelasan mengenaik materi pendidikan.

PEMBAHASAN

METODE DAN MATERI PENDIDIKAN

Pengertian Metode Pendidikan

Mangenai metode pendidikan sejauh refrensi yang kami baca tidak dapat kami temukan definisi yang menyeluruh dan saling melengkapi. Atau menurut ahli logika tidak terdapat definisi yang melingkupi (genera) dan membatasi (differentia). Namun dengan definisi etimologi dan penjelesan tokoh sekaligus pendefinisian al-Qur’an kiranya bisa membentuk sebuah definisi yang sesuai dengan jiwa dan falsafah pendidikan.

Secara bahasa metode berasal dari dua perkataan “meta” dan “hodos.” “meta” berarti ”melalui.” Dan ”hodos” berarti ”jalan atau cara”, bila ditambah “logi” sehingga menjadi “metodologi” berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui” untuk mencapai tujuan, oleh karena kata “logi” yang berasal dari kata yunani (Greek) “logos berarti akal” atau “ilmu”.

Dalam pernyataan beberapa tokoh Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan sebagai: “rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau ia adalah proses yang melaksanakannya yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menhadi berkesan.”

Prof. Saleh Abd. Aziz dan Dr. Abd. Aziz Abd. Majid meminjam dua makna metode pengajaran dari pendidik Amerika Kilpatrick, yaitu makna yang sempit yang bertujuan menyampaikan maklumat, dan makna yang luas dan menyeluruh, yaitu memperoleh mklumat-maklumat ditambah dengan pandangan, kebiasaan berpikir dan lain-lainnya. “Dan pandangan-pandangan atau sikap ini seperti cinta pada ilmu, guru dan sekolah, menghormati dan mencintai orang lain, dan bergantung pada diri sendiri”.[1]

Metode menurut Imam Barnadib adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusen data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut, maka usaha pengembangan metode itu sendiri merupakan syarat mutlak.[2]

Dengan demikian metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan.

Apabila ditarik pada pendidikan islam, metode dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islami.

Adapun al-Qur’an secara eksplisit tidak menjelaskan arti dari metode pendidikan karena al-Qur’an bukan ilmu pengetahuan tentang pendidikan. Namun kata metode dalam bahasa arab yang lebih mengenak dibahasakan dengan kata Attariqoh banyak dijumpai dalam al-Qur’an. Menurut Muhammad Abd al-Baqi didalam al-Qura’an kata Al-Tariqah di ulang sebanyak sembilan kali. Kata ini taerkadang dihubungkan dengan objek yang dituju oleh Al-Tariqah. Seperti nerka, sehingga menjadi jalan menuju neraka (Q.S. : 4:9), terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti al-tariqah al-mustaqimah, yang diartikan jalan yang lurus (Q.S. 46:30). Dan terkadang al-Qur’an tentang sifat dari jalan yang harus ditempuh itu, dan terkadang pula berarti suatu tempat.

Dengan demikian, metode atau jalan oleh al-Qur’an dilihat dari sudut objeknya, fungsinya, akibatnya, dan sebagainya. Ini dapat diartikan bahwa perhatian al-Qur’an terhadap metode demikian tinggi, dengan demikian al-Qur’an lebih menunjukkan isyarat-isyarat yang memungkinkan metode ini berkembang lebih lanjut.

Dengan berlandaskan pada tiga definitive diatas dapat kami tegaskan bahwa metode pendidikan merupakan sebuah mediator yang mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan untuk menyampaikan sebuah visi pendidikan kepada tujuannya.


Fungsi Metode Pendidikan

Metodologi pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Dengan bertolak pada dua pendekatan ini dapat dikatakan bahwa metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut.

Metodologi pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan, ketertarikan, sifat dan kesungguhan para pesrta didik dan juga harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan kekuatan intelektualannya. Pendidik dalam memberikan pelajaran atau mendidik peserta didik harus bisa memberi keleluasaan sehinnga peserta didik dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar.

Dalam menyampaikan materi pendidikan perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsure penciptaannya, yaitu, jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna dengan memandang potensi individu setiap peserta didik, oleh karena itu pendidik dituntut agar memahami aspek sikologis dan karakter setiap peserta didik, sebagaimana yang telah dipesankan oleh pemikir besar al-Gazali dan Ibn Kholdun.

Dari sini jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan, bahkan ada sebuah adagium yang menyatakan bahwa “metode lebih utama dari pada materi (al-taiqah aula min al-madah)” disebabkan materi itu bagaikan raga yang harus digerakkan oleh jiwa. Tanpa adanya penggerak yang membawa pada tujuan maka proses pendidikan tidak akan tecapai secara maksimal.

Macam-macam Metode Pendidikan

Dalam menguraikan macam-macam metode pendidikan ini kami akan memaparkan dari tiga sudut pandang, dan selanjutnya akan memaparkan macam-macam metode penyampaian materi pendidikan.

Adapun tiga sudut pandang tersebut, yaitu, petama metode yang umum (secara tradisional) dikuasai oleh semua pendidik, kedua metode yang secara khusus dipelajari oleh pendidik, dan yang ketiga metode yang khusus digunakan untuk menilai pelaksanaan program pendidikan.

1. Metode Yang Umum

Metode ini sudah dikenal dan dikuasai oleh semua pendidik melalui pengalaman dan sudah digunakan tanpa ada pendidikan atau diklat khusus. Metode ini mencakup latihan dan meniru, yaitu, melatih anak didik menguasai tujuan tertentu dengan disertai peniruan. Dalam metode ini pendidik sudah menguasi materi yang akan disampaikan pada peserta didik dan sudah dipraktekkan sendiri.

Metode ini digunakan dalam pendidikan di keluarga, lingkungan tetangga, dan juga disekolah dalam rangka pembentukan kebiasaan, pola tingkah laku, keterampilan, sikap, dan keyakinan.

2. Metode Yang Secara Khusus Dipelajari Oleh Pendidik

Pendidik harus mempunyai kematangan dalam metode-metode. Dia harus menguasai ilmu pengajaran (didaktik) untuk menguasai metode-metode mengajar seperti ceramah, diskusi, bermain peran dan sebagainya.

Seorang pendidik tidak serta-merta bisa mentransformasikan materi pendidikan dengan baik tanpa menguasai metode-metode khusus, dan dia tidak akan bisa menguasai metode tersebut tanpa adanya spesialisasi sebuah disiplin ilmu, seperti wawancara, studi kasus, dan observasi yang harus dipelajari oleh calon knselor sebagai bimbingan dan konseling.

3. Metode Yang Khusus Digunakan Untuk Menilai Pelaksanaan Program Pendidikan.

Pada umumnya metode ini disebut dengan metode penelitian pendidikan, jadi metode ini digunakan dalam rangka pengembangan dan kemajauan pendidikan, antara lain dari metode ini adalah survai, eksperimen yang menggunakan alat ukur seperti tes, wawancara, observasi, kuesioner.[3]

MATERI PENDIDIKAN

Pengertian Materi Pendidikan[4]

Pendidikan dilaksanakan didalam suatu kesatuan hidup bersama(masyarakat). Sifat sosial manusia menajadi dasar bagi kesatuan hidup bersama itu, dan makna kehidupan manusia ditentukan oleh nilai-nilai hidup (nilai-nilai kemanusiaan) yang mendasari persatuan hidup bersama itu.

Nilai-nilai kemanusian tidak lain dari pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal yang berharga bagi hidup manusia. Pengalaman dan penghayatan ini melekat dalam perbuatan manusia yang membawa kebahagian dan kesejahteraan. Proses pendidikan membawa anak didik mengalami, menghayati perbuatan yang membawa kebahagian dan kesejahteraan bagi hidupnya bersama orang lain.

Tujuan akhir pendidikan adalah anak didik menjadi pribadi dewasa susila; pribadi yang memiliki, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai kemanusian dalam hidupnya. Oleh Karena itu Driyarkara menyatakan bahwa pendidikan merupakan pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai. Jadi, isi pendidikan adalah ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik mengalami, mengahayati nilai-nilai kemanusian, sehingga anak didik membangun nilai-nilai kemanusian dalam keperibadiannya.


Macam-macam Materi Pendidikan

Manusia mengkristalisasikan dan mengintegrasikan pengalaman, penghayatannya mengenai hal-hal yang berharga bagi hidupnya menjadi suatu pandangan hidup, sehingga tersusun dalam satu kesatuan suatu kesatuan yang hirarkis, yang disebut sistem nilai. Pandangan hidup ini bisa merupakan padangan hidup suatu bangsa, seperti pancasila bagi bangsa Indonesia. Pandangan hidup bisa juga ditinjau dari segi ilmu pengetahuan tertentu, minsalnya psikologi, filsafat. Berikut ini dikemukan pandangan dari Abraham Maslow, salah seorang tokoh aliran psikologi humanistik.

Abraham Maslow mengemukakan pandangannya tentang kebutuhan manusia, yang tersusun dalam suatu kesatuan yang hirarkis. Susunan hirarkis itu menjunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan pada tingkat tertentu, akan menjadi dasar bagi usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat berikutnya. Hirarki kebutuhan menurut Maslow,(dari bawah ke atas) ialah:

a. Kebutuhan fisiologis seperti makanan, minuman, tidur.

b. Kebutuhan rasa aman seperti tubuh yang sehat, terlindung dari bahaya,

c. Kebutuhan saling mencintai,

Dalam teks pembahasan ilmu pendidikan berikut ini akan dikemukakan pandangan Driyarkara tentang nilai-nilai yang utama dalam pendidikan. Driyarkara menyatakan bahwa nilai-nilai meruapakan kesatuan yang perlu dicapai secara utuh, karena berharga bagi kehidupan manusia rohani maupun jasmani. Heararki nilai-nilai pendidikan (dari bawah keatas) ialah:

1. Nilai jasmani (vital) seperti makanan, minuman, pakaian, perumahan.

2. Nilai keindahan (seni) seperti bahagia dengan mengalami barang-barang yang bagus, yang indah.

3. Nilai kebenaran seperti pengetahuan, pengertian (ilmu pengetahuan).

4. Nilai kesusilaan (nilai moral) yaitu cinta sejati terhadap sesame, menghormati sesame.

5. Nilai relegius (nilai aagama) yaitu pengakuan terhadapat tuhan yang maha Esa.

Menurut Driyarkara nilai-nilai 1 sampai dengan 3 merupakan nilai sarana (nilai medial) artinya selamanya dipandang dan dikejar demi kesuluruhan struktur manusia. Sedangkan nilai 4 dan 5 merupakan nilai kesempurnaan (nilai final) yang fundamental dan merupakan kesempurnaan manusia sebagai pribadi rohani-jasmani.

Diatas sudah disinggung bahwa pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik mengalami, menghayati nilai-nilai kemanusiaan, sehingga anak didik membangun nilai-nilai kemanusiaan dalam kepribadiannya. Dalam pengertian ini selanjutnya kita membahas macam-macam materi pendidikan dengan membedakan tindakan-tindakan yang menitik beratkan pengalaman, penghayatan dan pengalaman anak didik dalam masing-masing nilai tertentu (kita mengikuti pandangan Driyarkara) yaitu pendidikan jasmani dan keterampilan, pendidikan seni (keindahan), pendidikan intelektual (kecerdasan), pendidikan moral, dan pendidikan relegius (agama).

a. Pendidikan Jasmani dan keterampilan

Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutaman pertumbuhan fisik yang sehat, kelincahan, keterampilan, mengunakan anggota badan berkaitan dengan makanan, minuman, udara segar, istirahat, pakaian, perumahan, sex. Tujuannya agar anak didik menerima, menghargai, merawat dan melatih tubuhnya. Contoh kegiatannya seperti membersihkan badan secara teratur. Membersihkan lingkungan tempatt tinggal, bermain, berolah raga, latihan kerja tangan, makanan yang bersih secara teratur, istirahat. Semua ini dimului sejak masa bayi dan kanak-kanak di dalam keluarga, dan dilanjutkan di sekolah lewat bidang pelaaran olh raga dan kesehatan.

b. Pendidikan seni (kesenian)

Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakan tumbuhnya rasa seni, senang akan keharmonisan, keteraturan dan kebutuhan dalam diri anak. Tujuannya agar anak didik mengembangkan rasa keindahan. Contoh kegitannya seperti mengatur rak buku, lemari, kamar tidur, ruang tamu, taman, menggambar, sudah dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam keluarga, dan dilanjutkan di sekolah dengan tugas membersihkan kelas, halaman sekolah, dan bidang pelajaran kesenian dan lingkungan hidup.

c. Pendidikan intelektual (kecerdasan)

Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakam realisasi kemampuan intelektual anak didik dalam memecahkan masalah kongkrit yang dihadapi sehari-hari. Tujuannya agar anak didik mengembangkan kemampuan berpikir dan cara mengatasi persoalan secara tepat. Contoh kegiatannya seperti belajar menguasai bahasa, menyatakan pengertian (pendapat), yang sudah dimulai sejak kanak-kanak didalam keluarga, dilanjutkan di sekolah, terutama dalam berbagai bidang pelajaran akademis.

d. Pendidikan moral (kesusilaan)

Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakan berkembangnya kesadaran diri, pemahaman akan orang lain, lingkungan serta moral yang dianut masyarakat. Tujuannya agar anak didik mengerti diri dan kedudukannya sebagai masyarakat, mampu berhubungan dengan orang lain secara wajar, memahami apa yang baik dab apa yang buruk dan memiliki kata hati untuk dapat menentukan sendiri mana yang baik yang harus dilakukan, dan mana yang buruk yang harus tidak dilakukan sesuai dengan norma yang ada. Contoh kegiatannya seperti bertingkah laku yang baik, memahami alasannya sudah dimulai di dalam keluarga, dan dalam lingkungan tetangga, teman bermain, dan dilanjuntkan di sekolah lewat bidang pelajaran budi pekerti, ppkn, hukum, dan berbagai kegiatan sosial seperti pramuka, disiplin kelas (sekolah).

e. Pendidikan religious (agama)

Kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengutamakan pembentukan keyakinan rohani akan kehidupan kekal, hubungan pribadi dengan tuhan yang maha esa. Tujuannya agar anak didik mengalami, menghayati keagungan, kemuran tuhan bagi hidupnya. Contoh kegiatannya seperti pendidikan pengetahuan agama, berdoa sendiri, berdoa bersama di rumah dan di tempat ibadat mulai dilakukan di dalam keluarga, kelompok keagamaan, dan dilanjutkan di sekolah lewat bidang pelajaran agama, dan perbuatan-perbuatan tertentu seperti berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengheningkan cipta, berdoa bagi para arwah pahlawan.

PENUTUP

Metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan.

Metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan, bahkan ada sebuah pernyataan bahwa “metode lebih utama dari pada materi (al-taiqah aula min al-madah)”.

Dalam menerangkan tentang metode kami memaparkan dari tiga sudut pandang, dan selanjutnya memaparkan macam-macam metode penyampaian materi pendidikan. Adapun tiga sudat pandang itu, pertama adalah metode yang umum dipahami oleh semua pendidik, yang kedua adalah metode yang secara khusus dipelajari oleh pendidik, dan yang terahir adalah metode yang khusus digunakan untuk menilai pelaksanaan program pendidikan.

Ada empat dasar secara umum yang menjadi pijakan kami dalam merumuskan metode pendidika, yaitu, dasar agama, dasar biologis, dasar psikologis, dan dasar social.

Isi pendidikan adalah ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik mengalami, mengahayati nilai-nilai kemanusian, sehingga anak didik membangun nilai-nilai kemanusian dalam keperibadiannya.

Tentang nilai-nilai yang utama dalam pendidikan, Driyarkara menyatakan bahwa nilai-nilai meruapakan kesatuan yang perlu dicapai secara utuh, karena berharga bagi kehidupan manusia rohani maupun jasmani.

Macam-macam materi pendidikan dengan membedakan tindakan-tindakan yang menitik beratkan pengalaman, penghayatan dan pengalaman anak didik dalam masing-masing nilai tertentu yaitu pendidikan jasmani dan keterampilan, pendidikan seni (keindahan), pendidikan intelektual (kecerdasan), pendidikan moral, dan pendidikan relegius (agama).


DAFTAR PUSTAKA

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Surabaya: Rineka Cipta, 1992.

Wens Tanlain, Inggridwati Kurnia, A. Samana, G. Hardjanto, Kusdarwati, Joseph Niron, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cet. 2, 1996.Zakiyah Darajat, DKK, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyaakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Omar Mohammad al-Tomy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Muhammad Quthb, System Pendidikan Islam, Bandung: PT. al-Ma’arif, Cet. 1, 1984.

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Sisitem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997.



[1] Muhammad Quthb, System Pendidikan Islam, Bandung: PT. al-Ma’arif, Cet. 1, 1984.

[2] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Sisitem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997.

[3] Langeveld, 1971: pasal 60; Meichati, 1976: hal. 147-153; 172-180.

[4] Wens Tanlain, Inggridwati Kurnia, A. Samana, G. Hardjanto, Kusdarwati, Joseph Niron, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cet. 2, 1996, Hal. 86

Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Barito Putra - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger